Media sosial membuat pinjol semakin populer lewat iklan tertarget, konten viral, influencer, dan kemudahan akses. Ini penjelasan lengkapnya.
Pinjaman online (pinjol) berkembang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Bukan hanya karena prosesnya mudah, tetapi juga karena media sosial ikut “mendorong” pinjol menjadi semakin dikenal, dibicarakan, dan akhirnya digunakan oleh banyak orang.
Di satu sisi, media sosial membantu penyebaran informasi finansial lebih cepat. Namun di sisi lain, pola promosi dan tren konten juga bisa membuat pinjol terlihat seperti solusi instan, bahkan ketika risikonya tidak sepenuhnya dipahami. Berikut penjelasan bagaimana media sosial berperan besar dalam meningkatnya popularitas pinjol.
- Iklan Tertarget yang Mengikuti Kebiasaan Pengguna
Platform media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan YouTube memiliki sistem iklan yang sangat tertarget. Artinya, iklan pinjol bisa muncul tepat pada orang yang dianggap “berpotensi butuh”.
Beberapa faktor yang membuat iklan pinjol terasa “muncul terus”:
- data minat dan perilaku pengguna (search, like, follow)
- lokasi, usia, dan kebiasaan belanja
- interaksi dengan konten finansial atau gaya hidup tertentu
Hasilnya, pinjol terasa semakin dekat dan familiar karena terus terlihat di feed.
- Konten Viral yang Membuat Pinjol Terlihat Normal
Di media sosial, sesuatu yang sering muncul akan terasa wajar. Pinjol pun mengalami hal yang sama: dari yang awalnya dianggap “darurat”, bisa berubah jadi opsi umum.
Bentuk konten yang sering memviralkan pinjol misalnya:
- video “cair dalam 5 menit”
- cerita pengalaman (storytime) soal kebutuhan mendadak
- meme dan candaan soal “tanggal tua” dan utang
Ketika banyak orang membahasnya, pinjol jadi terasa seperti bagian dari kehidupan sehari-hari—meskipun tidak selalu aman bagi semua orang.
- Influencer dan Affiliate Marketing yang Mendorong Instalasi
Banyak aplikasi pinjol memanfaatkan strategi affiliate: kreator mendapatkan komisi jika ada yang klik link, install aplikasi, atau mendaftar.
Karena itu, promosi pinjol bisa dikemas seperti rekomendasi ringan:
- “aku pakai ini buat keadaan kepepet”
- “langsung cair, gampang banget”
- “tinggal KTP, gak ribet”
Masalahnya, tidak semua konten promosi menjelaskan risiko secara seimbang, seperti bunga, biaya tambahan, atau konsekuensi telat bayar.
- FOMO dan Tekanan Sosial: Takut Ketinggalan “Solusi Cepat”
Media sosial sering menciptakan perasaan FOMO (fear of missing out): merasa harus ikut tren atau mengikuti gaya hidup tertentu.
Hal ini membuat pinjol terlihat seperti jalan pintas untuk:
- ikut gaya hidup (nongkrong, gadget, fashion)
- menutup kebutuhan mendadak tanpa menunda
- menjaga “image” di lingkungan sosial
Pada akhirnya, keputusan finansial bisa lebih dipengaruhi emosi dan tekanan sosial daripada perhitungan matang.
- Format Konten Pendek Membuat Risiko Terlihat “Kecil”
Konten pendek (short video) biasanya fokus pada hal yang menarik dan cepat dipahami. Efeknya, pesan yang sampai seringkali hanya bagian “enaknya”.
Yang sering ditonjolkan:
- proses cepat
- syarat mudah
- testimoni positif
Yang jarang dibahas detail:
- bunga efektif dan denda keterlambatan
- biaya layanan/administrasi
- dampak ke skor kredit atau tekanan penagihan
- risiko jika memakai pinjol ilegal
Karena informasinya dipotong pendek, pengguna bisa merasa pinjol itu simpel—padahal konsekuensinya bisa panjang.
- Komunitas dan Kolom Komentar Jadi “Tempat Rekomendasi”
Banyak orang mencari solusi cepat di komentar: “pinjol yang aman apa?” atau “yang cair cepat yang mana?” Lalu muncul berbagai rekomendasi dari pengguna lain.
Ini membuat pinjol semakin populer karena:
- rekomendasi terasa “real” dari sesama pengguna
- informasi tersebar cepat tanpa verifikasi
- orang cenderung percaya pada testimoni sosial (social proof)
Sayangnya, celah ini juga sering dimanfaatkan untuk menyebarkan link pinjol ilegal.
- Algoritma Menguatkan Siklus: Sekali Lihat, Makin Sering Muncul
Algoritma media sosial bekerja dengan cara memperbanyak konten yang mirip dengan apa yang pernah kamu tonton atau interaksikan.
Akibatnya:
- habis nonton satu video pinjol, feed jadi penuh konten serupa
- semakin sering melihat, semakin merasa itu relevan
- keputusan jadi lebih cepat karena terasa “sudah banyak yang pakai”
Siklus ini mempercepat popularitas pinjol tanpa terasa.
- Cara Tetap Aman di Tengah Arus Konten Pinjol
Karena media sosial bisa membentuk persepsi, penting untuk punya filter sebelum memutuskan:
Beberapa langkah aman:
- cek legalitas aplikasi (pastikan terdaftar/berizin OJK)
- baca detail bunga, biaya, dan denda (jangan hanya percaya iklan)
- hindari pinjol yang minta akses kontak berlebihan
- jangan ambil pinjaman untuk kebutuhan konsumtif yang bisa ditunda
- buat batas kemampuan bayar sebelum klik “ajukan”
Jika pinjol dipakai, pastikan keputusan dibuat karena kebutuhan dan perhitungan, bukan karena tren.
Kesimpulan
Media sosial membuat pinjol semakin populer lewat iklan tertarget, konten viral, influencer, social proof, dan algoritma yang memperkuat paparan. Pinjol akhirnya terlihat seperti solusi cepat yang “normal”, padahal tetap memiliki risiko jika digunakan tanpa literasi dan kontrol.
Baca juga :