Pinjaman online (pinjol) dapat memicu stres, kecemasan, rasa malu, dan konflik relasi pada Milenial dan Gen Z. Pelajari dampak psikologisnya, tanda bahaya, serta langkah aman untuk memulihkan kondisi mental dan finansial.
Pinjaman online (pinjol) sering datang sebagai “solusi cepat” di saat genting: biaya mendadak, kebutuhan harian, sampai gaya hidup yang terasa harus selalu ikut standar sosial. Namun bagi banyak Milenial dan Gen Z, pinjol bukan cuma persoalan angka—ini bisa berubah menjadi beban psikologis yang nyata: stres berkepanjangan, cemas, rasa malu, bahkan konflik relasi.
Di artikel ini, kita bahas efek pinjol pada kesehatan mental, kenapa generasi muda lebih rentan, dan langkah aman untuk keluar dari tekanan—baik secara mental maupun finansial.
1) Kenapa Milenial & Gen Z Lebih Rentan Terhadap Tekanan Pinjol?
Ada beberapa faktor yang membuat dua generasi ini lebih sering berada di “zona rawan”:
- Biaya hidup naik, pendapatan sering belum stabil
Banyak yang berada di fase awal karier, gig economy, atau kontrak. - Budaya serba cepat dan instan
Aplikasi finansial membuat akses pinjaman terasa seperti klik biasa, bukan keputusan besar. - Tekanan sosial dan gaya hidup digital
Standar “harus terlihat baik-baik saja” di media sosial bisa mendorong keputusan impulsif. - Minim literasi finansial praktis
Bukan soal tidak pintar, tapi sering tidak punya sistem budgeting dan perencanaan darurat.
Ketika kebutuhan dan tekanan bertemu akses yang mudah, pinjol jadi “jalan pintas” yang terasa aman—sampai cicilan dan bunga membuat napas sesak.
2) Stres Kronis: Hidup Selalu dalam Mode “Kejar Deadline”
Efek paling umum adalah stres kronis, karena pinjol biasanya memiliki:
- jatuh tempo dekat
- notifikasi berulang
- rasa dikejar waktu
- kekhawatiran soal denda dan bunga
Stres jenis ini membuat tubuh dan otak berada dalam mode siaga terus-menerus:
- gampang marah
- sulit fokus
- cepat lelah
- sakit kepala atau gangguan pencernaan
- mood naik turun
Banyak orang tidak sadar: stres ini bukan “lebay”—ini respons biologis saat merasa terancam.
3) Kecemasan (Anxiety): Overthinking yang Tidak Habis-Habis
Pinjol sering memicu kecemasan karena membuat masa depan terasa “tidak aman.” Pikiran yang muncul misalnya:
- “Kalau bulan depan kurang gimana?”
- “Kalau telat bayar, apa yang terjadi?”
- “Kalau keluarga tahu, gimana?”
Kecemasan bisa muncul sebagai:
- jantung berdebar
- sulit tidur
- ketegangan otot
- panik saat ada notifikasi
- dorongan mengecek ponsel terus (compulsive checking)
Semakin sering cemas, semakin sulit mengambil keputusan finansial yang rasional.
4) Rasa Malu dan Stigma: “Aku Gagal Mengatur Hidup”
Banyak Milenial dan Gen Z takut mengaku berutang karena stigma sosial. Di titik ini, beban bukan hanya uang, tapi identitas diri:
- takut dianggap boros
- takut disebut tidak bertanggung jawab
- takut kehilangan kepercayaan
- takut jadi bahan omongan
Rasa malu (shame) membuat orang:
- menutup diri
- menghindari diskusi
- menunda cari bantuan
- memilih gali lubang tutup lubang
Padahal justru keterbukaan yang terukur sering menjadi langkah pertama keluar dari masalah.
5) Gangguan Tidur: Pikiran Tidak Bisa “Off”
Salah satu dampak yang sangat sering terjadi adalah insomnia atau tidur tidak berkualitas:
- susah tidur karena overthinking
- kebangun tengah malam karena cemas
- mimpi buruk tentang tagihan
- tidur panjang tapi tetap lelah (karena stres)
Kurang tidur memperburuk semuanya: emosi makin sensitif, kontrol impuls menurun, dan keputusan keuangan makin kacau.
6) Burnout Finansial: Lelah Secara Mental karena Uang
Burnout tidak hanya karena kerja, tapi juga karena tekanan finansial. Burnout finansial biasanya terasa seperti:
- capek memikirkan uang tiap hari
- merasa tidak ada jalan keluar
- kehilangan motivasi
- jadi sinis atau putus asa
- menarik diri dari teman dan aktivitas sosial
Ini berbahaya karena bisa berkembang menjadi gejala depresi jika berlarut.
7) Konflik Relasi: Dari Rahasia Jadi Ledakan
Pinjol sering merusak hubungan karena:
- disembunyikan dari pasangan/keluarga
- memicu kebohongan kecil yang makin besar
- memunculkan ketidakpercayaan
- memicu konflik saat uang rumah tangga terganggu
Milenial dan Gen Z juga cenderung berada di fase membangun relasi serius. Utang yang tidak diatur bisa mengganggu fondasi komunikasi dan kepercayaan.
8) Tanda Bahaya: Kapan Pinjol Sudah Mengganggu Kesehatan Mental?
Waspadai jika kamu mengalami:
- cemas berlebihan setiap hari terkait utang
- sulit tidur lebih dari 2 minggu
- kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan
- sulit fokus kerja/sekolah
- menarik diri dari orang lain
- sering panik saat ada telepon/notifikasi
- muncul pikiran putus asa atau menyakiti diri
Jika ada pikiran menyakiti diri, itu tanda darurat—segera cari bantuan profesional/layanan darurat setempat dan hubungi orang terdekat.
9) Langkah Aman untuk Memulihkan Mental (dan Mengendalikan Utang)
Berikut langkah yang realistis dan aman:
A) Turunkan “kabut” dengan data
Tuliskan:
- total utang
- jatuh tempo
- cicilan per bulan
- pemasukan dan biaya wajib
Tujuannya bukan menakut-nakuti diri, tapi membuat masalah jadi “terlihat”.
B) Hentikan pola gali lubang tutup lubang
Kalau tiap bulan menutup pinjol dengan pinjol lain, itu memperpanjang stres. Fokus ke rencana bayar yang realistis.
C) Cari satu orang aman untuk bicara
Pilih orang yang tidak menghakimi. Kalimat pembuka yang membantu:
- “Aku butuh bantuan menyusun rencana, bukan dihakimi.”
- “Aku mau bertanggung jawab, tapi aku kesulitan sendirian.”
D) Buat sistem coping untuk kecemasan
- batasi cek notifikasi (jadwal 2–3x/hari)
- napas perlahan saat panik
- aktivitas fisik ringan 10–20 menit
- tidur diprioritaskan (karena ini “penopang kontrol diri”)
E) Pertimbangkan bantuan profesional
Jika stres/cemas/depresi mulai mengganggu fungsi harian, bantuan psikolog/konselor bisa sangat membantu untuk:
- mengurangi rasa malu
- mengelola panic/overthinking
- membangun strategi coping
Kesimpulan
Pinjol dapat berdampak besar pada kesehatan mental Milenial dan Gen Z: memicu stres kronis, kecemasan, rasa malu, gangguan tidur, burnout finansial, hingga konflik relasi. Karena pinjol menyentuh rasa aman dan harga diri, beban emosinya sering lebih berat daripada yang terlihat. Kabar baiknya, pemulihan itu mungkin—dimulai dari melihat angka dengan jujur, mencari dukungan yang aman, menghentikan pola yang memperparah, dan membangun langkah kecil yang konsisten.
Baca juga :